Sejarah Kota Depok (20): Sejarah Tapos, Cilangkap dan Cimpaeun; Kini Menjadi Satu Wilayah Administrasi Bernama Kecamatan Tapos
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok pada blog ini Klik Disini
Nama Tapos terdapat dalam poly sekali tempat, misalnya halnya nama Depok dan nama Sawangan. Nama Tapos diduga sudah usang ada, tetapi lebih awal Tjimpaeun dikenal daripada Tapos. Land Tjimpaeun
Land Tapos
Dalam buku Statistik Buitenzorg 1861 Land Тjikempoan of Petingie bertetangga dengan Land Tjilodong dan Land Tjilangkap. Land Тjikempoan of Petingie (Tjimpaeun) memiliki empat kampong. Di dalam land ini terdapat satu orang Eropa dan penduduk pribumi sebanyak 2080 jiwa serta 10 orang Tionghoa. Jumlah rumah sebanyak 386 unit dan terdapat sebanyak 369 tenaga kerja. Lahan yang diusahakan terdapat tanaman kopi sebanyak 11.567 batang yang belum menghasilkan.
![]() |
Java-bode, 16-09-1879 |
Empat kampung yang berdekatan di Land Тjikempoan of Petingie dua diantaranya besar kemungkinan adalah Kampong Тjikempoan dan Kampong Tapos. Dari statistik ini pengusahaan lahan dimulai di Tjimpaeun dengan satu orang Eropa, dan baru menyusul pengusahaan lahan di Land Tapos. Pemilik Land Tapos diduga adalah keluarga Wassink.
Namun kemudian tidak diketahui kabar beritanya hingga Bataviaasch nieuwsblad, 16-06-1888 melaporkan Kantor Lelang di Buitenzorg mengumumkan (persil tertentu) Land Tapos (dan Land Krangan) disewakan untuk umum. Ini mengindikasikan bahwa ahli waris Land Tapos akan menyewakan kepada pihak lain dari lahan di Tapos dan lahan di Kranggan.
Pabrik Kopi Tapos
![]() |
Peta Tapos, 1901 |
Land Tapos berada diantara Kali Soenter dengan sungai Tjikeas. Letak landhuis Land Tapos berada di dekat sungai Tjikeas (sungai yang kini menjadi batas Kota Depok dengan Kabupaten Bogor). Sebagaimana landhuis-landhuis lainnya, landhuis Tapos juga cukup dengan perkampuangan asli. Perkampungan ini bernama Kampong Tapos yang persis berada di bibir sungai Tjikeas. Berdasarkan Peta Tapos 1901, di dekat landhuis terdapat pabrik penggilingan kopi (koffiepelmolen). Ini suatu indikasi bahwa kopi yang mulai ditanam pada akhir tahun 1850an sudah menghasilkan. Pabrik kopi ini paling tidak masih beroperasi pada awal tahun 1900an.
![]() |
Landhuis Tapos, 1930 |
Sebagaimana menurut statistik Bitenzorg 1861 populasi tanaman kopi di Land Tjilangkap sebanyak 1.450 batang, di Land Tjikempoean of Patingie (Тjikempoean en Tapos) sebanyak 11.567 dan Land Tjimanggis 24.987 batang. Dari semua land yang ada di Kota Depok yang sekarang di masa lampau hanya di Land Tapos terdapat pabrik penggilingan kopi. Lantas apakah semua hasil tanaman kopi diolah di Tapos?
Adanya pabrik kopi di Land Tapos ini diduga yang menyebakan nama Tapos kemudian lebih terkenal dibandingkan dengan Land Tjikempoean dan Land Tjilangkap. Topographisch Bureau yang berkantor di Batavia membuat nama lembar (blad) kawasan ini dengan judul Tapos: herzien in het jaar 1900. Dari nama lembar peta inilah kemungkinan besar nama kecamatan diambil sehingga bernama Kecamatan Tapos.
![]() |
Peta pajak landerien Buitenzorg, 1930 |
Hal serupa ini juga terjadi dengan penamaan Kecamatan Cipayung yang diduga berasal dari lembar (blad) peta Tjipajoeng. Peta Tapos sendiri mencakup kelurahan-kelurahan yang sekarang: Tapos, Leuwinanggung, Sukatani, Sukamaju Baru, Jatijajar, Cilangkap, dan Cimpaeun. Demikian juga Peta Tjipajoeng yang meliputi kelurahan-keluarahan yang sekarang yang membentuk Kecamatan Cipayung, yakni: Pondok Terong, Ratu Jaya, Pondok Jaya, Cipayung dan Cipayung Jaya. Di dalam peta Tjipajoeng terdapat dua nama land terkenal: Land Tjitajam dan Land Pondok Terong/Land Ratoe Djaja. Lembar peta lainnya adalah: Peta Depok yang mencakup Land Tjilodong (Land Noesa Kambangan); Peta Bodjong yang meliputi Land Pondok Tjina, Land Tjimanggis dan Land Tanah Baroe. Sedangkan Land Sawangan dan Land Tjinere terdapat di Peta Paroeng. Pada tahun 1938 semua peta-peta tersebut digabung menjadi dua peta saja: Peta Depok dan Peta Paroeng.
Keluarga Wassink
Persil utama dari Land Tapos tetap berada di tangan keluarga Wassink. Sebagaimana diketahui bahwa pemilik pertama (yang diketahui) Land Tapos adalah Wassink Junior. Setelah Wassink Senior meninggal lahan yang berada di landhuis Tapos diteruskan oleh istrinya dan anak-anak mereka.
![]() |
Bataviaasch nieuwsblad, 23-11-1896 |
Dari berita lelang ini pemilik Land Tapos adalah JM Wassink yang besar kemungkinan mendapat warisan dari orangtuanya, alm. janda Dr. Geerlof Wassink.
Geerlof Wassink adalah ayah dari JJAH Wassink. Setelah Geelof Wassink meninggal, lahan dan properti diteruskan oleh istrinya Catharina Johanna Kijdsmeir. Awalnya dikelola oleh anak mereka JAAH Wassink. Namun setelah meninggal dunia diteruskan oleh anak mereka yang lain JM Wassink. Setelah Catharina Johanna Kijdsmeir meninggal tahun 1896, sebagian lahan dikuasai JM Wassink terutama lahan-lahan yang berdekatan dengan landhuis, sedangkan lahan yang jauh dibeli oleh pedagang Sjech Oemar bin Joesoep Mangoes. Dimana letak semua lahan-lahan tersebut sulit diketahui, kecuali lahan JM Wassink yang berada di sekitar landhuis (Peta Tapos 1901).
Rumah Tapos Dibangun JM Wassink
Pemilik Land Tapos dan Land Kranggan adalah JM Wassink (Johannes Marianus Wassink). Lahan yang merupakan warisan orangtuanya tersebut di atasnya dibangun baru landhuis dan beberapa bangunan yang terbuat dari batu dan atap genteng. Perubahan properti di lahan kepemilikan ini diumumkan pemerintah ke publik melalui Kantor Lelang untuk diketahui. Perubahan tersebut juga dengan sendirinya berubah nilai verponding (kini NJOP) juga agar diketahui publik.
![]() |
Bataviaasch nieuwsblad, 09-07-1908 |
![]() |
Landhuis Tapos, 1930 |
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.