*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Ancol pada masa ini haruslah dibilang menjadi taman impian warga Jakarta saat akses ke laut begitu sulit didapat. Tetapi cerita-cerita tentang Ancol yang membentuk pengunjung terasa terhenyak waktu berada pada Ancol bukan soal wahananya. Yang poly dibicarakan justru yg aneh-aneh misalnya kisah ?Si Manis Jembatan Ancol?. Tetapi terdapat satu hal, namun nisbi jarang dipertanyakan yakni soal mengapa ada benteng kuno di Ancol. Pertanyaan mengapa dan bagaimana benteng itu belum ada yang mampu menjawabnya.
![]() |
Benteng (fort) Antjol, 1656 |
Lantas seperti apa sejawah awal Ancol? Itu dia yang juga ynag harus diimpikan. Satu sejarah awal terpenting di Ancol adalah keberadaan benteng (fort) Antjol. Berdasarkan catatan sejarah tertulis, benteng ini sudah eksis pada tahun 1656. Suatu benteng yang dibangun untuk basis pertahanan dalam melindungi kota (stad) Batavia. Sejak adanya benteng ini, area Antjol mulai dikembangkan. Salah satu pengembang terkenal di (land) Antjol adalah Jeremias van Riemsdijk (yang kemudian menjadi Gubernur Jenderal VOC). Untuk menambah pengetahuan kita, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
![]() |
Benteng-benteng di Batavia (1619-1699) |
Benteng (Fort) Antjol
Pasca serangan Mataram ke Batavia tahun 1628, Pemerintah VOC/Belanda mulai memperkuat perahanan dengan membangun sejumlah benteng: Selain Kasteel Batavia dan benteng Pulau Onrust yang sudah ada, benteng baru yang dibangun adalah benteng (fort) Jacatra, fort Rieswijk, fort Noordwijk, fort Vijfhoek, fort Angke dan fort Antjol. Secara teknis dengan tujuh benteng berada di luar Kasteel Batavia, kota (stad) Betavia dapat dianggap sudah aman.
Area antara kota (stad) dengan benteng-benteng tersebut kemudian dikembangkan kanal-kanal. Fungsi kanal-kanal tersebut selain untuk pengendali banjir di kota, juga berdungsi sebagai moda transportasi air, tentu saja dapat dianggap semacam barier pertahanan. Kanal-kanal ini juga berfungsi untuk drainase (pengeringan rawa-rawa) dan pembentukan irigasi untuk pengembangan lahan-lahan pertanian terutama perkebunan tebu, perkebunan kelapa dan produksi padi/beras (pencetakan sawah).
![]() |
Peta 1788 |
Pada tahun 1665 kebijakan pemerintah VOC/Belanda berubah dari kegiatan perdagangan yang longgar di pantai-pantai (pelabuhan di berbagai pulau) menjadi kebijakan yang mana penduduk pribumi dijadikan sebagai subjek (inilah awal kebijakan kolonisasi VOC/Belanda). Di satu pihak, Pemerintah VOC mulai menjalin kerjasama dengan para pemimpin pribumi, dan di pihak lain menginisiasi investor untuk mengelola lahan-lahan di seputar Batavia. Persil-persil lahan di antara kanal-kanal itulah yang ditawarkan kepada swasta (koopman) untuk diusahakan pertanian. Sejak itu mulai diperkenal status lahan sebagai tanah partikelir (land). Salah satu land terkenal adalah land Briel.
![]() |
Mansion/villa Parra di Weltevreden (1770-1771) |
Land terkenal lainnya adalah land yang dimiliki oleh van Horn. Land ini berada di sisi barat kanal Goenoeng Sahari (area ini kini masuk area Gunung Sahari barat). Dr sebelah barat daya benteng Riswijk lahan subur dikuasai oleh Dalzigt (yang kini dikenal sebagai Tanah Abang). Sementara itu lahan di sekitar benteng (fort) Antjol dikuasai oleh Jeremias van Riemsdijk. Sebelum Riemsdijk menempati land Antjol terdapat tiga pemilik yakni Justinus Vinck, Johannes Pels dan Symon van der Briel (lihat Peta 1727). Briel juga diketahui adalah pemilik awal land Weltevreden.
![]() |
Kanal Antjol dan Estate van Riemsdijk di Antjol, 1772 |
Jeremias van Riemsdijk awalnya membangun mansion kecil di dekat benteng Antjol. Namun dalam perkembangannya Riemsdijk membuka lahan pertanian yang luas dengan menyulap sebagian rawa menjadi lahan yang produktif. Kanal antara Kasteel Batavia dan Fort Antjol dijadikan Riemsdijk sebagai jalur lalu lintas yang bagus untuk mengangkut komoditi. Posisi mansion ini berada di sisi selatan kanal. Sementara di dua sisi kanal Riemsdijk juga membangun jalan yang bagus agar kereta kudanya mampu berjalan mulus. Jeremias van Riemsdijk seperti pemilik land lainnya juga menggunakan tenaga kerja dengan mendatangkan budak belian dari berbagai tempat. Mansion Antjol divermak dengan membangun villa yang lebih besar.
![]() |
Muara/Sungai Antjol, 1772 |
Berdasarkan peta land yang dikeluarkan Pemerintah VOC pada tahun 1788, tanah-tanah partikelir ini sudah mencapai sungai Karawang/Tjitaroem di timur dan sungai Tangerang/Tjisadane di barat. Ke arah hulu land-land ini sudah mencapai Tjiampea di hulu sungai Tjisadane; Tjisaroea di hulu sungai Tjiliwong; Tjibaroesa di hulu sungai Tjibeet (anak sungai Tjitaroem); dan Tjitrap di hulu sungai Bekasi/Tjilengsi serta Tjikaow di hulu sungai Tjitaroem. Pemilik land Tjiampea diketahui adalah keluarga Riemsdijk.
![]() |
Villa/mansion van Riemsdijk, 1780 |
Jeremias van Riemsdijk (lahir 1712) menikah dengan Martina van den Briel (lahir 1720). Besar dugaan Martina adalah putri dari Symon van der Briel, salah satu pemilik land di Antjol. Atas dasar ini diduga menjadi sebab Jeremias van Riemsdijk membangun mansion di Antjol dan kemudian mengakuisisi seluruh land yang berada di Antjol dalam rangka membangun estate yang luas.
Setelah ketegangan mereda di daerah hulu sungai Tjisadane, pengembangan wilayah kembali diteruskan. Pada tahun 1778 pemerintah VOC/Belanda membentuk sejumlah land baru di hulu sungai Tangerang. Beberapa land yang dibentuk adalah land Dramaga dan land Tjiampea. Lalu kemudian land Tjiomas, land Tjiboengboelan dan land Panjawoengan (kelak disebut daerah Leuwiliang).
Seperti disebutkan sebelum ini, Jeremias van Riemsdijk meninggal saat menjabat Gubernur Jenderal pada tahun 1777. Salah satu anaknya bernama Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk (lahir 1753) diketahui telah memiliki land Tjiampea pada tahun 1780. Besar dugaan Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk adalah pembeli pertama land Tjiampea. Keluarga Riemsdiejk juga diketahui membeli sejumlah land di daerah aliran sungai (DAS) Bekasi.
Pemerintahan VOC/Belanda mulai rapuh. Pada tahun 1795 Batavia diduduki oleh militer Prancis. Situasi menjadi tidak menentu. Pada akhirnya VOC/Belanda pada tahun 1799 VOC/Belanda dinyatakan bangkrut. Lalu VOC/Belanda diakuisisi oleh kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda.
Akses Baru ke Weltevreden: Kanal Goenoeng Sahari dan Kanal Antjol
Pemerintah Hindia Belanda yang secara legal formal dimulai tahun 1800, baru pada era Gubernur Jenderal Daendels terjadi kebijakan/progam (pembangunan) yang radikal. Dua program unggulannya adalah pembangunan jalan pos Trans-Java dari Batavia ke ujung barat di Anjer dan dari Batavia ke ujung timur di Panaroekan. Program kedua adalah pemindahan ibu kota dari Kota (stad) Batavia ke Welvreden.
![]() |
Bataviasche koloniale courant, 14-09-1810 |
Pembangunan jalan ala Daendels ini juga termasuk jalan menuju Antjol (lihat Bataviasche koloniale courant, 14-09-1810). Disebutkan pemerintah menawarkan untuk memperbaiki, meningkatkan dan memperluas jalan; dari bekas rumah kayu Wilgenburg atau Dwars di jalan menuju Antjol, dan pelebaran dan peningkatan jembatan di atas kanal yang ada di bekas fortje (benteng) Antjol. Bagi peminat silahkan mengajukan lamaran rencana, profil dan spesifikasi. Dari keterangan ini benteng (fort) Antjol sudah lama tidak digunakan dan ditinggalkan. Namun tidak lama kemudian terjadi pendudukan militer Inggris (1811-1816).
![]() |
Peta 1824 (insert: Peta 1840) |
![]() |
Peta 1866 |
Ketika area di sekitar Weltevreden mualai ramai, pada awal tahun 1820an (berdasarkan Peta 1824) Area Antjol tampak begitu lengang. Tidak lagi seramai pada era Jeremias van Riemsdijk. Pada peta terlihat di kejauhan di arah timur, area Tandjong Priok tidak teridentifikasi apa pun kecuali jalan setapak (tampaknya jalan menuju Tandjoeng Priok masih melalui air (laut). Pembangunan moda transportasi jalan diduga masih terbatas hingga (bekas() Fort Antjol. Gambaran ini kurang lebih masih sama dengan Peta 1840. Pada Peta 1866 situasi dan kondisi di Antjol sudah tampak lebih jelas lagi yakni terdapat tiga perkampongan dan area perkebunan di utara kanal (ke arah laut).
Pada tahun 1867 pemerintah membangun kanal dari sungai Tjitaroem ke hilir sungai Bekasi. Pembangunan kanal ini untuk moda transporasi dari Tandjoeng Poera ke (pelabuhan) Batavia (lihat Bataviaasch handelsblad, 29-04-1867). Rencana pembangunan kanal ini simultan dengan pembangunan kanal Antjol dari pantai ke kanal Goenoeng Sahari. Dengan begitu pedagang-pedagang dari Karawang dan Bekasi tidak lagi menersukan barang dagangannya ke (pelabuhan) Kali Besar tetapi mengepulnya di gudang-gudang komoditi di Pasar Baroe. Pada proses pembangunan kanal ini terjadi kerusuhan di Tamboen (1869). Proses kanalisasi moda transportasi ini menjadi prioritas.
Pembangunan kanal Antjol/Goenoeng Sahari menjadi pemicu baru untuk perkembangan lebih lanjut di area Antjol. Moda transportasi sudah semakin lancar, tidak lagi menuju Batavia tetapi lebih mengarah ke tempat yang lebih dekat di Weltevrenden (ibu kota yang baru).
![]() |
Peta 1890 |
Sejak adanya kanal terusan Antjol ke Tandjoeng Priok/Tjilintjing, praktis sungai Antjol kelahilangan sumber air dari arah hulu. Semua sungai bermuara ke kanal Antjol/Tandjoeng Priok. Situasi dan kondisi di area Antjol di sekitar benteng Antjol lambat laun terjadi perubahan lingkungan. Tekanan air yang datang dari hulu (sungai) yang melemah menyebabkan tekanan air pasang (rob) mengubah ekologi di area Antjol. Lahan-lahan pertanian semakin berkurang, yang bertambah adalah tambak-tambak perikanan laut. Tingkat salinitas semakin meningkat. Area Antjol kembali sepi sendiri meski dilintasi oleh lalu lintas yang sibuk dari Batavia (jalan raya dan jalur kereta api).
Dimana Posisi GPS Fort Antjol?
Pada masa ini situs benteng (fort) Antjol masih dapat dilihat, kurang terawat dan kurang dikenal secara umum. Arena Taman Impian Jaya Ancol yang modern seakan tidak ingin berbagi keramaian di tempat dimana masih ditemukan (sisa) Fort Antjol. Benteng kuno ini tampaknya kesepian di bawah pepohonan yang sepi sendiri. Padahal benteng inilah yang mengawali sejarah di area tersebut hingga terbentuknya Taman Impian Jaya Ancol. Sehubungan dengan hal tersebut apakah sisa benteng yang sekarang adalah benteng yang eksis pada tahun 1665? Jawabannya, iya.
![]() |
Fort Antjol (Peta 1890) |
Pada masa ini tentu saja sungai Antjol tidak ditemukan lagi. Sungai ini karena menjadi kali mati maka lambat laun akan hilang dengan sendirinya. Namun kanal tersebut pada masa ini masih eksis (kali yang diatasnya dibangun jalan tol). Sungai Doeri juga masih eksis yang bermuara ke kanal. Sisa sungai Antjol yang masih ada adalah muara sungai yang masuk ke laut (kini Danau Ancol). Gambaran ini juga masih sesuai dengan peta satelit
![]() |
Area Fort Antjol pada masa kini |
Dengan demikian, dimana posisi GPS benteng Antjol tempo doeloe dari perspektif sejarah besar dugaannya berada di tempat dimana kini ditemukan bekas (situs) benteng di sebelah timur pintu masuk Taman Impian Jaya Ancol (tidak jauh dari pintu gerbang perumahan). Situs benteng Antjol besar kemungkinan adalah situs paling utuh dari sejumlah benteng VOC/Belanda di seputar Jakarta. Usia benteng ini sekarang paling tidak sudah 363 tahun.
![]() |
Fort Antjol (1656) |
Demikianlah sejarah panjang Ancol secara singkat, Anda ingin rekreasi ke Taman Impian Jaya Ancol? Jangan lupa mampir sebentar ke situs kuno, benteng Antjol.
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com